05.21

KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

KOMUNIKASI UMUM Komponen dalam komunikasi:
Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan
Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.
Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinyu karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim pesan.

Komunikasi menjadi penting karena :
Dapat merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan
Dapat melihat perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien
Dapat sebagai kunci keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan
Dapat sebagai tolak ukur kepuasan pasien
Dapat sebagai tolak ukur komplain tindakan dan rehabilitasi

Prinsip-prinsip komunikasi yang penting untuk diketahui
Komunikasi bukanlah benda, ia sebuah proses
Komunikasi bersifat kompleks
Komunikasi tidak dapat digantikan
Komunikasi melibatkan keterlibatan yang total dari kepribadian kita


KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua individu atau lebih dan pesan berisi verbal maupun non verbal. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, dengan tujuan:
Dapat untuk bertukar pikiran
Dapat membantu menyelesaikan masalah
Dapat membantu membuat keputusan
Dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kehidupannya

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:

Perkembangan
Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi

Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.

Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.

Latar belakang budaya
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.

Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara

Peran
Gaya komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.

Tatanan interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

Hambatan psikologis dalam proses komunikasi:
Adanya perbedaan persepsi
Terlalu cepat menyimpulkan
Adanya pandangan stereotipe
Kurangnya pengetahuan
Kurangnya minat
Sulit mengekspresikan diri
Adanya emosi
Adanya tipe kepribadian tertentu



KOMUNIKASI NON VERBAL

Bila diamati dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang kita menggunakan bahasa tubuh dalam melakukan komunikasi. Hal ini akan berpengaruh pada pesan yang disampaikan sehingga pesan dengan menggunakan bahasa tubuh tersebut dapat diterima kadangkala juga tidak. Tetapi pada dasarnya komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh lebih mudah diterima dan dicerna oleh penerima pesan dibandingkan dengan komunikasi verbal.

Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa:
55% menggunakan bahasa tubuh atau dari ekspresi tubuh
38% dari nada suara
7% dari kata-kata yang diungkapkan

Yang dimaksud dengan komunikasi non verbal adalah isyarat, tekanan suara, pergerakan tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan fisik.

Bahasa non verbal dapat dikatagorikan dan diamati menjadi 4 (empat) yaitu:
Penampilan fisik, lebih pada ke arah pandangan seseorang terhadap orang lain. penampilan seseorang meliputi karakteristik fisik dan cara berpakaian. Pakaian dan perhiasan atau dandanan merupakan sumber informasi tentang seseorang. Pakaian menggambarkan status sosial, budaya, agama, konsep diri, dan lain-lain.
Jarak, prinsipnya setiap orang punya jarak untuk berkomunikasi tergantung pada kenyamanan dan kedekatan hubungannya. Jarak merupakan isyarat yang umum digunakan saat melakukan hubungan antara dua orang. Biasanya hal ini berhubungan dengan norma sosial budaya dan adat istiadat individu.
Gerakan tubuh, yang termasuk adalah gerakan tangan, gerakan kaki, gerakan kepala, ekspresi wajah (misalnya tersenyum), kontak mata dan postur tubuh. Gerakan-gerakan ini bisa memberi makna tertentu yang artinya tergantung dari budaya dimana bahasa itu berlaku.
Sentuhan, merupakan kecepatan dari individu dan tindakan. Kemungkinan pesan yang disampaikan dalam bentuk nonverbal (Smith et al, 1997). Respon individu dipengaruhi oleh tempat, latar belakang sosial budaya, jenis hubungan, komunikasi berdasarkan jenis kelamin, usia dan harapan. Sentuhan dapat dilakukan saat individu melakukan pertemuan pertama kali atau berhubungan dengan orang lain. Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan jalan melakukan jabat tangan atau menggunakan sikap terbuka dalam membatu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan. Sentuhan merupakan awal dan dasar dalam melakukan komunikasi.


source: http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=139

KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT

Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas

sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain

untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari

(1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat

bersikap tidak perduli terhadap orang lain adalah seseorang pendosa yang

mementingkan dirinya sendiri.

Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa

“human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan

menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti

dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang

diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku

menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian

dari kepribadian.


TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik

berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, terutama

penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson &

Kneisl (1920), yaitu:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat

perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh

perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal

yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian

adalah dengan:

a. Pandang klien ketika sedang bicara

b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan.

c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki

atau tangan.

d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan

umpan balik.

f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk

mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu

saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat

sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan

tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan

tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan

kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang

a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.

c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.

d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba

untuk mengubah pikiran klien.

Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti

apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987)

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik

mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang

dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama

pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik

sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan

komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan

metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai

arti yang berbeda.

Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”

- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”

5. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan

untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat

penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai

dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah

dimengerti klien.

Contoh: - “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”

- “ Apa yang katakan tadi adalah…….”

6. Memfokuskan

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga

lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan

klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan

berlanjut tanpa informasi yang baru.

Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.

7. Menyampaikan hasil observasi

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil

pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.

Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien.

Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi

lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Contoh: - “ Anda tampak cemas”.

- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”

8. Menawarkan informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien

terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan

kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap

perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu

mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada

klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat

keputusan.

9. Diam

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir

pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan

waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam

memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,

mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien

untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan

memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil

keputusan .

10. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara

singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas

sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan

membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga

dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”

11. Memberikan penghargaan

Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran

tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya

yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.

Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata

jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi

mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula

dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.

Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat

dapat mengatakan demikian.”

Contoh: - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”

- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.

Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah

terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah

SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan

bersikap ramah dan akrab.

12. Menawarkan diri

Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain

atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat

hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus

dilakukan tanpa pamrih.

Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik

pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang

perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk

mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka

pembicaraan.

Contoh: - “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”

- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”

- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan

yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang

dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat

lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan

Contoh: - “…..teruskan…..!”

- “…..dan kemudian….?

- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”

15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk

melihatnya dalam suatu perspektif.

Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien

untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara

teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya

sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola

kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang

memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.

Contoh: - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.

- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.

16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala

sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk

menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya,

perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

Contoh: - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan

dioperasi”

- “Apa yang sedang terjadi”.

17. Refleksi

“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan

perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang

harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab:

“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian

perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien

mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir

bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan

sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.

Contoh: K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”

P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”

K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa

tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara

dengannya.

P: “Ini menyebabkan anda marah”.

KESIMPULAN

Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memerlukan latihan

dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam

kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi

keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan

juga kepuasan bagi perawat.

Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam

penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang

cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor

penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan

berhubungan terapeutik.


source: http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-jenny.pdf

0 komentar:

Posting Komentar